Profesi akuntan sering kali identik dengan tugas membuat laporan keuangan. Namun, dengan berkembangnya teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dan sistem berbasis cloud, akuntan kini dihadapkan pada tantangan baru: bagaimana tetap relevan dan memberikan nilai tambah di era digital?
Dalam episode terbaru podcast "Cari Tahu" yang dipersembahkan oleh Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Edward Tanujaya, Direktur Hubungan Kemitraan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), berbagi pandangannya mengenai perkembangan profesi akuntan, tantangan teknologi, serta peran AI dalam dunia akuntansi.
Menurut Edward Tanujaya, profesi akuntan tetap akan dibutuhkan, meskipun perannya mengalami perubahan signifikan. Semua institusi, baik di Indonesia maupun di dunia, pasti membutuhkan uang dan pada akhirnya memerlukan akuntan untuk menyusun dan mengelola laporan keuangan mereka.
“Setiap perusahaan, setiap institusi pasti butuh uang. Dan kalau butuh uang, pasti butuh akuntan. Yang berubah adalah cara kerja akuntan itu sendiri, bukan kebutuhannya,” ujar Edward.
Meskipun demikian, jumlah akuntan profesional di Indonesia masih tergolong sedikit. IAI saat ini memiliki sekitar 34.000 anggota, angka yang masih kecil dibandingkan dengan jumlah lulusan S1 Akuntansi yang mencapai 45.000 orang per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun banyak yang belajar akuntansi, tidak semuanya menekuni profesi akuntan sebagai karier.
Teknologi telah mengubah cara kerja akuntan secara drastis. Jika dulu laporan keuangan disusun secara manual, kini hampir semua prosesnya sudah berbasis Enterprise Resource Planning (ERP), seperti SAP atau Oracle, serta sistem berbasis cloud computing yang memungkinkan akses data secara real-time.
“Dulu, mencari data keuangan itu sulit. Harus dikirim dari sana-sini. Sekarang, dengan cloud, semuanya bisa diakses kapan saja dan dari mana saja,” jelas Edward.
Namun, tantangan bagi akuntan bukan hanya memahami teknologi, tetapi juga menggunakannya dengan benar dan efektif. Menurut Edward, ada tiga aspek utama yang perlu dikuasai oleh akuntan masa kini:
AI semakin banyak digunakan dalam dunia akuntansi, terutama dalam hal otomatisasi pencatatan transaksi dan analisis data keuangan. Namun, menurut Edward, AI tidak bisa sepenuhnya menggantikan akuntan, karena sistem tetap membutuhkan manusia untuk validasi, interpretasi, dan pengambilan keputusan strategis.
“AI bisa bikin laporan keuangan, tapi apakah kita yakin 100% hasilnya selalu benar? Di sinilah peran akuntan untuk mengecek, memastikan akurasi, dan melakukan analisis yang lebih mendalam,” ungkap Edward.
Sebagai contoh, saat menggunakan aplikasi AI seperti ChatGPT atau Copilot di Microsoft Word dan Excel, hasil yang diberikan belum tentu langsung bisa digunakan tanpa pengecekan ulang. Sama halnya dalam akuntansi: AI bisa membantu, tapi keputusan tetap harus ada di tangan manusia.
Perkembangan teknologi memang membawa tantangan bagi profesi akuntan, tetapi juga membuka peluang baru. Akuntan yang mampu menguasai teknologi akan semakin efisien dan bernilai tinggi, sementara yang hanya mengandalkan cara kerja lama bisa kehilangan relevansinya.
“Kita bukan takut dengan AI, tapi harus tahu bagaimana memanfaatkannya untuk mempermudah pekerjaan kita,” kata Edward.
Bagi para akuntan dan mahasiswa akuntansi, penting untuk terus belajar, mengikuti perkembangan teknologi, dan mengasah kemampuan analisis agar tetap relevan di dunia kerja. AI dan sistem akuntansi digital bukanlah ancaman, tetapi alat yang dapat membantu akuntan bekerja lebih cepat dan lebih baik.
Video Lengkap: Cari Tau: Dampak Digitalisasi & Teknologi di Dunia Akuntansi!