Jakarta – Di tengah dinamika ekonomi yang terus berkembang, Ajib Hamdani, seorang pengamat ekonomi terkemuka, berbagi pandangannya dalam sebuah wawancara eksklusif mengenai pentingnya literasi keuangan dan peran pemerintah dalam mendorong pasar keuangan. Wawancara ini mengungkap perjalanan karir Ajib dan visinya untuk masa depan ekonomi Indonesia.
Ajib Hamdani, yang sering terlihat di layar televisi nasional, memiliki pengalaman luas di berbagai organisasi seperti Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), dan Asosiasi Emiten Indonesia. Ia juga aktif di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), di mana ia berkontribusi dalam mendukung semangat kewirausahaan di kalangan generasi muda.
Dalam wawancara tersebut, Ajib menekankan perlunya dukungan pemerintah dalam memberikan kemudahan dan insentif regulasi untuk mendorong pasar keuangan, terutama bagi perusahaan yang ingin melakukan Initial Public Offering (IPO). Menurutnya, pasar keuangan Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh, dan meningkatkan literasi keuangan di kalangan pelaku usaha adalah langkah krusial untuk mencapai pertumbuhan tersebut.
Ajib juga berbagi kisah pribadi tentang keputusannya untuk keluar dari status Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebelum usia 30 tahun demi fokus di dunia usaha. "Saya memutuskan untuk keluar dari PNS pada usia 29 dan memasuki dunia usaha," ungkapnya. "Saya melihat bahwa menjadi pengusaha memiliki potensi yang tidak kalah besar dibandingkan menjadi ASN."
Kini, Ajib terlibat dalam berbagai sektor seperti pertanian, perikanan, dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tujuannya adalah membantu pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk berkembang dan mencapai skala ekonomi yang lebih besar. Salah satu inisiatif yang ia dorong adalah program securities crowdfunding (SCF), yang dapat menjadi jembatan bagi perusahaan-perusahaan kecil sebelum mereka siap untuk melakukan IPO.
"Saya pikir SCF bisa menjadi jalan tengah yang efektif," kata Ajib. "Dengan SCF, pengusaha bisa membangun portofolio dan mengembangkan sistem perusahaan mereka sebelum melangkah ke IPO."
Ajib menekankan pentingnya ekosistem bisnis yang solid, di mana para pelaku usaha bisa fokus pada produktivitas sementara masalah permodalan dan pemasaran ditangani oleh pihak lain. Ia juga menyoroti bahwa pemerintah perlu memberikan insentif regulasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan literasi keuangan yang lebih baik di kalangan masyarakat.
"Pasar saham kita masih memiliki banyak potensi," tegas Ajib. "Dengan dukungan regulasi yang tepat dari pemerintah, kita bisa melihat pertumbuhan ekonomi yang lebih signifikan."
Dalam wawancara tersebut, Ajib juga menyampaikan harapannya agar lebih banyak pengusaha muda yang tertarik untuk membawa perusahaan mereka ke pasar modal. "Menjadi IPO itu tidak sesulit yang dibayangkan, dan manfaatnya sangat besar," ujarnya. "Dengan literasi keuangan yang lebih baik, para pengusaha muda bisa melihat IPO sebagai pilihan yang menarik dan menguntungkan."
Ajib Hamdani berharap bahwa upaya-upaya ini akan membawa Indonesia menuju ekonomi yang lebih kuat dan inklusif, di mana setiap pelaku usaha memiliki kesempatan untuk berkembang dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.