Jakarta - Bursa saham Indonesia menutup hari dengan gemilang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 56,37 poin atau sekitar 0,74%, menempatkan dirinya kokoh di level 7.672,89. Sejak pembukaan di level 7.616, IHSG bergerak dinamis, sempat menyentuh level terendah di 7.546 sebelum akhirnya memuncak di 7.672.
Penguatan IHSG kali ini didorong oleh optimisme di berbagai sektor, namun tak dapat dipungkiri bahwa sorotan utama jatuh pada sektor barang konsumen non-primer. Sektor ini mengalami lonjakan sebesar 2,76%, sebuah angka yang mencerminkan kuatnya permintaan terhadap produk-produk di luar kebutuhan dasar. Dari berbagai perusahaan yang bernaung di sektor ini, beberapa menjadi bintang utama, menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sedang berada dalam tren positif, terutama pada barang-barang yang sifatnya tidak mendesak.
Sementara itu, sektor kesehatan dan infrastruktur juga mencatatkan kinerja yang impresif. Kesehatan, sebuah sektor yang terus mendapat perhatian pasca-pandemi, mengalami kenaikan 1,61%. Infrastruktur, yang sering kali menjadi indikator perkembangan ekonomi secara keseluruhan, turut menguat sebesar 1,12%. Kedua sektor ini menandai adanya pergerakan yang stabil dan berkelanjutan dalam pembangunan dan penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas.
Namun, tidak semua sektor menikmati tren positif. Sektor transportasi, barang baku, dan barang konsumen primer mengalami tekanan. Transportasi menjadi sektor yang paling tertekan dengan koreksi 1,03%, diikuti oleh sektor barang baku yang turun 0,87%, dan barang konsumen primer yang melemah 0,26%. Penurunan ini mengindikasikan tantangan yang dihadapi sektor-sektor tersebut di tengah ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi harga komoditas.
Volume perdagangan hari itu mencapai angka yang luar biasa, dengan 36,33 miliar saham diperdagangkan senilai total Rp11,17 triliun. Di tengah dinamika ini, terdapat 268 saham yang mencatatkan kenaikan, sementara 331 saham mengalami penurunan, dan 193 saham stagnan.
Di antara saham-saham unggulan yang meraih keuntungan terbesar, nama-nama seperti PT Indosat Tbk (ISAT), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) berada di puncak. ISAT mencatatkan kenaikan 5,12%, sementara KLBF dan SIDO masing-masing naik 2,98% dan 2,29%. Ketiga perusahaan ini menunjukkan kinerja yang solid di tengah ketatnya persaingan dan tingginya harapan investor.
Namun, tidak semua pemain utama berhasil meraih keuntungan. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) justru berada di daftar top losers. MEDC mengalami penurunan terbesar sebesar 3,59%, disusul MDKA dengan 3,39%, dan INTP yang turun 2,86%. Pergerakan negatif ini mencerminkan tantangan yang dihadapi perusahaan-perusahaan tersebut, baik dari segi operasional maupun tekanan eksternal.
Selain itu, beberapa saham mencatatkan kenaikan signifikan, seperti DNET yang melonjak Rp1.225 menjadi Rp7.450 per lembar, GEMS yang naik Rp1.225 menjadi Rp14.725 per lembar, serta DCII yang melonjak drastis sebesar Rp11.175 menjadi Rp41.450 per lembar. Namun, tidak semua saham dapat mencatatkan hasil positif. STTP, KARW, dan DSSA masing-masing mengalami penurunan harga, dengan STTP turun Rp1.075 menjadi Rp14.400 per lembar, KARW turun Rp700 menjadi Rp6.450 per lembar, dan DSSA terkoreksi Rp425 menjadi Rp40.950 per lembar.
Di antara saham-saham yang paling aktif diperdagangkan, KPIG, BSBK, dan BBRI mencatatkan aktivitas transaksi yang tinggi. KPIG menempati posisi teratas dengan 51.142 kali transaksi senilai Rp243,5 miliar, disusul oleh BSBK dengan 50.332 kali transaksi senilai Rp31,8 miliar, dan BBRI dengan 26.470 kali transaksi senilai Rp725,7 miliar.
Penguatan IHSG ini menjadi cerminan dari sentimen positif yang berkembang di pasar, menunjukkan optimisme investor terhadap masa depan ekonomi Indonesia. Di balik angka-angka yang tercatat, ada cerita tentang kepercayaan, harapan, dan tantangan yang dihadapi oleh berbagai sektor industri di Tanah Air. Seiring berjalannya waktu, IHSG akan terus menjadi barometer yang mencerminkan dinamika ekonomi dan keuangan Indonesia, sebuah refleksi dari perjalanan bangsa menuju kemakmuran yang berkelanjutan.