Industri telekomunikasi di Indonesia terus berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan konektivitas internet. Salah satu perusahaan yang berperan aktif di sektor ini adalah PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET), yang telah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia sejak Juli 2023. INET, yang sudah berdiri selama sembilan tahun, memfokuskan bisnisnya di sektor Business-to-Business (B2B), khususnya melayani penyedia layanan internet (ISP) di Indonesia.
Saat ini, INET telah memiliki sekitar 200 ISP sebagai klien dari total sekitar 1.200-an ISP di Indonesia. Dengan pangsa pasar sekitar 15-18%, INET menjadi salah satu pemain kunci dalam industri ini. Selain menyediakan konektivitas, INET juga mulai mengembangkan bisnis Data Center sebagai bentuk diversifikasi layanan. Data Center milik INET yang berlokasi di Cyber Building kini memiliki kapasitas 40 rak dan sedang dikembangkan untuk menambah 50-60 rak lagi guna memenuhi permintaan pasar.
Seperti industri telekomunikasi lainnya, tantangan utama yang dihadapi INET adalah persaingan harga atau perang harga. Banyaknya pemain di industri ini membuat harga layanan menjadi sangat kompetitif. Namun, INET memiliki strategi khusus dengan menjaga kualitas layanan serta membangun hubungan jangka panjang dengan klien.
Ke depan, INET juga tengah mempersiapkan rencana besar dengan mengembangkan kabel laut sebagai upaya memperluas jangkauan layanan sekaligus memperkuat infrastruktur jaringan nasional dan internasional.
Isu yang tak kalah penting dalam industri ini adalah hubungan antara penyelenggara layanan internet dengan penyedia layanan OTT (Over The Top) seperti YouTube, Netflix, dan platform digital lainnya. Saat ini, penyelenggara OTT memanfaatkan jaringan ISP untuk menyalurkan kontennya, namun tidak ada kontribusi langsung kepada penyelenggara jaringan.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif Angga, menyampaikan bahwa sudah saatnya ada model revenue sharing antara ISP dan OTT. Hal ini dinilai penting untuk menjaga keberlanjutan industri dan memberikan kontribusi lebih kepada negara dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Kolaborasi semacam ini diharapkan menciptakan ekosistem digital yang lebih sehat dan saling menguntungkan.
APJII juga menyoroti pentingnya digitalisasi UMKM dan koperasi sebagai bagian dari penguatan ekonomi digital nasional. Saat ini, masih banyak UMKM yang menjalankan bisnis secara manual dan belum terhubung ke internet. Padahal, digitalisasi akan membuka peluang lebih luas bagi UMKM untuk memasarkan produk hingga ke pasar internasional.
APJII mendukung program pemerintah untuk mendorong 2 juta UMKM terhubung ke internet, sekaligus mempercepat literasi digital di kalangan pelaku usaha kecil dan menengah. Langkah ini diharapkan mampu memperkuat daya saing produk lokal di pasar global.
APJII menargetkan dalam lima tahun ke depan, atau tepatnya pada 2030, setidaknya 90% penduduk Indonesia sudah memiliki akses internet. Selain itu, APJII juga mendorong peningkatan kualitas layanan dengan target kecepatan internet minimal 100 Mbps agar industri semakin sehat dan kompetitif.
Lebih jauh, APJII menegaskan pentingnya kedaulatan digital di Indonesia. Infrastruktur internet nasional harus tetap dikuasai oleh pengusaha dalam negeri agar tidak bergantung pada pihak asing, mengingat sektor ini sangat vital untuk keberlanjutan ekonomi dan kehidupan masyarakat.
Industri internet Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk terus tumbuh dan berkembang. Namun, tantangan seperti perang harga, ketimpangan akses, dan ketergantungan pada OTT harus diatasi dengan strategi dan kolaborasi yang tepat. Melalui program digitalisasi UMKM, penguatan regulasi, dan pembangunan infrastruktur, APJII dan INET optimis industri internet di Indonesia akan semakin kuat dan berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional.
Video Podcast Lengkap: Mengenal PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk