Aspek dan Isu Sosial dalam Social Life Cycle Assessment (S-LCA)

Social Life Cycle Assessment (S-LCA) merupakan metode yang digunakan untuk menilai dan mengukur dampak sosial dari suatu produk, layanan, atau proses sepanjang siklus hidupnya. S-LCA mencakup semua tahap, mulai dari ekstraksi bahan baku, proses produksi, distribusi, penggunaan, hingga tahap akhir masa pakai produk tersebut. Berbeda dengan penilaian siklus hidup yang berfokus pada aspek lingkungan, S-LCA lebih menekankan pada dampak sosial terhadap para pemangku kepentingan seperti pekerja, komunitas lokal, konsumen, dan pemerintah.

Salah satu hal penting dalam S-LCA adalah memahami aspek dan isu sosial yang menjadi perhatian utama dalam proses penilaian ini. Aspek sosial merujuk pada berbagai faktor yang mempengaruhi kesejahteraan pemangku kepentingan, sedangkan isu sosial adalah masalah yang mungkin timbul dalam siklus hidup suatu produk atau layanan.

Beberapa aspek sosial yang sering dinilai dalam S-LCA antara lain adalah kesehatan dan keselamatan pekerja, hak asasi manusia, kondisi kerja dan jam kerja, kesetaraan gender, pemberdayaan komunitas, kondisi hidup, serta kontribusi terhadap ekonomi lokal dan penciptaan lapangan kerja. Aspek kesehatan dan keselamatan pekerja, misalnya, menyoroti perlunya memastikan kondisi kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerja. Hal ini mencakup upaya mengidentifikasi dan mengurangi risiko kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya, serta penerapan langkah-langkah keselamatan di tempat kerja.

Hak asasi manusia juga menjadi aspek penting dalam S-LCA. Perusahaan harus memastikan bahwa hak-hak dasar pekerja dan komunitas dihormati, termasuk hak untuk bekerja di lingkungan yang bebas dari diskriminasi dan pelecehan, serta hak untuk berorganisasi dan berunding bersama demi kesejahteraan pekerja. Di samping itu, penilaian terhadap kondisi kerja dan jam kerja juga menjadi perhatian utama. Perusahaan harus memastikan bahwa pekerja menerima upah yang adil, memiliki jam kerja yang wajar, serta keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.

Kesetaraan gender dan inklusi sosial juga menjadi fokus dalam S-LCA. Perusahaan perlu memastikan bahwa semua pekerja memiliki kesempatan yang sama, terlepas dari jenis kelamin, ras, agama, atau latar belakang. Selain itu, penting juga untuk memberdayakan kelompok rentan dan memastikan inklusi sosial di tempat kerja, sehingga semua pekerja merasa dihargai dan memiliki kesempatan untuk berkembang.

Aspek pemberdayaan komunitas juga dinilai dalam S-LCA. Perusahaan diharapkan berperan aktif dalam mendukung pembangunan komunitas lokal, menciptakan peluang ekonomi, serta terlibat dalam kegiatan yang mendorong keterlibatan dan partisipasi komunitas dalam pengambilan keputusan. Dampak produk atau layanan terhadap kualitas hidup masyarakat sekitar, termasuk akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan perumahan, juga menjadi pertimbangan penting dalam penilaian S-LCA.

Di sisi lain, isu sosial yang sering muncul dalam S-LCA meliputi praktik kerja anak, kerja paksa, upah rendah, diskriminasi, dan dampak terhadap komunitas lokal. Misalnya, dalam beberapa industri, masalah kerja anak dan kerja paksa masih sering ditemukan di rantai pasokan. Oleh karena itu, perusahaan harus proaktif dalam mengidentifikasi dan mengatasi risiko tersebut untuk memastikan kepatuhan terhadap standar hak asasi manusia internasional dan nasional.

Selain itu, isu upah rendah dan ketimpangan pendapatan juga menjadi perhatian dalam S-LCA. Penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa pekerja menerima upah yang layak dan dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka. Diskriminasi dan ketidakadilan sosial, seperti perlakuan yang tidak adil terhadap pekerja berdasarkan gender, ras, atau latar belakang, juga harus dicegah dan ditangani dengan serius oleh perusahaan.

Isu dampak terhadap komunitas lokal juga tidak kalah penting. Aktivitas perusahaan dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat sekitar, baik dari segi akses terhadap sumber daya alam, kesempatan kerja, maupun pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, S-LCA membantu perusahaan untuk mengevaluasi bagaimana kegiatan mereka dapat memberikan dampak positif atau negatif terhadap komunitas lokal, sehingga perusahaan dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kontribusi mereka terhadap kesejahteraan masyarakat.

S-LCA menjadi alat yang sangat penting dalam membantu perusahaan memastikan bahwa produk dan layanan mereka diproduksi secara etis dan bertanggung jawab. Dengan memahami dan mengatasi aspek dan isu sosial ini, perusahaan dapat meningkatkan kinerja sosialnya, menjaga reputasi, serta berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat dan pemangku kepentingan secara keseluruhan. Selain itu, penerapan S-LCA juga membantu perusahaan dalam mencapai tujuan Environmental, Social, and Governance (ESG) dan menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan.

Sebagai contoh, dalam industri tekstil, isu seperti kerja anak, upah rendah, dan kondisi kerja yang tidak aman sering menjadi perhatian. Melalui penerapan S-LCA, perusahaan tekstil dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan, seperti memastikan bahwa pemasok mereka tidak mempekerjakan pekerja anak dan memberikan upah yang adil kepada pekerja. Hal ini tidak hanya membantu perusahaan untuk memenuhi standar sosial, tetapi juga meningkatkan citra dan reputasi mereka di mata konsumen dan investor.

Secara keseluruhan, pemahaman mengenai aspek dan isu sosial dalam S-LCA sangat penting bagi perusahaan yang ingin beroperasi secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. S-LCA memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana perusahaan dapat menilai dan meningkatkan dampak sosial mereka, sehingga dapat berkontribusi pada pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan di tingkat lokal dan global.

Oleh: AEI 1
26 September 2024

85 Menit Membaca

Topik Terkait

Penerapan S-LCA dalam industri manufaktur

 
Jika Anda ingin tahu lebih banyak, mari konsultasikan dengan Tim Kami