Cara Membaca Laporan Keuangan Emiten

Berinvestasi di pasar modal menganut prinsip keterbukaan. Salah satu syarat perusahaan publik untuk tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah harus menjunjung asas keterbukaan, yaitu transparansi. Salah satu upaya transparansi tersebut adalah dengan mempublikasikan laporan keuangan perusahaan dan berbagai informasi material secara berkala yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Tujuannya adalah untuk membantu investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Dikarenakan fundamental perusahaan akan mempengaruhi harga saham perusahaan, laporan keuangan adalah dokumen yang pertama kali harus dibaca oleh investor di pasar modal.

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu. Umumnya, laporan keuangan dipublikasikan oleh perusahaan setiap tiga bulan sekali dan tahunan setelah melalui rangkaian proses audit. Investor harus mengetahui cara membaca dan menganalisa laporan keuangan emiten yang sahamnya tercatat di BEI. Tujuan analisa ini adalah untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan terkait bagus atau tidak, sehingga dapat menentukan kelayakan dari saham perusahaan terkait.

Berikut adalah beberapa indikator dalam laporan keuangan yang perlu dibaca untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan dalam kondisi yang baik:

Laba Bersih: Perusahaan yang baik akan menunjukkan kenaikan laba bersih atau laba di periode berjalan. Misalnya, laba bersih emiten ABCD pada periode 30 September 2020 mengalami kenaikan dibandingkan periode 30 September 2019.

Return on Equity (ROE): ROE atau tingkat pengembalian investasi adalah indikator dasar dalam analisis fundamental. ROE yang baik minimal 15% per tahun. Jika ROE kurang dari 15%, berarti perusahaan tersebut tidak menguntungkan.

Dividen: Perusahaan yang baik membayarkan dividen sebesar 30-40% atau lebih dari laba bersihnya. Jika perusahaan tidak membayarkan dividen, laba bersih yang diperoleh bisa diragukan kebenarannya.

Utang Kecil: Utang atau liabilitas perusahaan sebaiknya tidak lebih besar dari ekuitasnya. Namun, ada yang menganggap wajar jika nilai utang sama dengan ekuitas.

Bunga Utang Kecil: Perusahaan yang bagus memiliki utang dengan bunga yang kecil, seperti utang bank dan obligasi yang kecil, untuk menjaga laba bersih tetap tinggi.

Saldo Laba Positif: Saldo laba yang positif menunjukkan perusahaan tumbuh dengan baik. Jika saldo laba tercatat minus, menunjukkan perusahaan tumbuh secara negatif di masa lalu.

Asset Turn Over (ATO): ATO adalah penjualan atau pendapatan dibagi dengan total aset perusahaan. Semakin besar nilai ATO, semakin baik.

Inventory Turn Over (ITO): ITO adalah pendapatan atau penjualan perusahaan dalam setahun dibagi dengan persediaan. Semakin besar nilai ITO, semakin cepat perputaran penjualan.

Current Ratio (CR): CR adalah pembagian antara aset lancar dengan utang atau liabilitas lancar perusahaan. Perusahaan yang bagus memiliki total aset lancar lebih besar daripada utang lancarnya.

Net Income Margin (NIM): NIM adalah laba bersih perusahaan dibagi dengan pendapatan atau penjualan. Marjin laba yang baik untuk perusahaan manufaktur minimal 20%, sedangkan untuk perusahaan dagang distribusi barang minimal 10%.

Beban Pajak: Beban pajak yang wajar adalah sekitar 25% dari laba usaha. Beban pajak yang terlalu rendah bisa menunjukkan perolehan laba yang tidak riil.

Laba Komprehensif: Perolehan laba komprehensif tidak boleh beda jauh dengan laba bersih perusahaan untuk menunjukkan transparansi dalam pendapatan dan beban.

Arus Kas: Arus kas dari aktivitas operasi harus sejalan dengan laporan laba rugi. Jika nilai berbeda jauh, bisa jadi pendapatan yang diperoleh hanya bersifat pembukuan dan tidak benar-benar ada.

Neraca Keuangan Sederhana: Laporan keuangan perlu disajikan secara sederhana atau tidak rumit sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami. Jika laporan terlalu rumit, perlu dicurigai.

Selain poin-poin di atas, yang tidak kalah penting adalah hasil audit oleh akuntan publik harus menyatakan “Wajar Tanpa Pengecualian”. Investor dapat melihat laporan keuangan akhir tahun perusahaan yang telah diaudit. Letaknya ada di halaman depan dengan subjudul “OPINI” dan tulisan “Wajar.” Jika laporan keuangan mengantongi opini “Wajar Tanpa Pengecualian”, risikonya akan lebih kecil dibandingkan dengan laporan keuangan dengan opini “Wajar Dengan Pengecualian”

Oleh: AEI 1
08 Agustus 2024

131 Menit Membaca

Topik Terkait

Analisis Laporan Keuangan untuk Keputusan Investasi di Pasar Modal

Jika Anda ingin tahu lebih banyak, mari konsultasikan dengan Tim Kami