Menghadapi Tantangan Pasar Saham di Tengah Daya Tarik Suku Bunga Tinggi

Jakarta - Pada semester pertama tahun 2024, kinerja pasar saham di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup signifikan. Samuel Kesuma, seorang pakar investasi dari PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama yang memengaruhi situasi ini adalah tingginya suku bunga yang menarik perhatian investor. Dalam suasana di mana hasil dari instrumen bebas risiko masih tinggi, minat untuk berinvestasi di saham cenderung menurun.

Dalam sebuah diskusi virtual, Samuel menjelaskan bahwa saham biasanya menjadi pilihan bagi investor yang mencari pertumbuhan, meskipun risiko yang menyertainya juga tidak bisa diabaikan. Namun, dalam kondisi saat ini, di mana suku bunga tinggi menawarkan hasil yang lebih menarik, investasi di pasar saham menjadi kurang diminati. "Instrumen saham adalah instrumen yang di mana orang mencari pertumbuhan, tapi orang sadar ada risikonya. Dalam situasi di mana yield dari risk-free itu masih cukup tinggi, investasi di saham cenderung lebih rendah minatnya," ungkap Samuel.

Meskipun demikian, Samuel optimistis bahwa semester kedua tahun ini akan membawa perubahan. Penurunan suku bunga yang diharapkan dapat mengubah arah pasar dan meningkatkan minat terhadap saham. "Jika yield dari risk-free semakin turun, tentunya minat untuk investasi di saham akan lebih tinggi," jelasnya.

Namun, Samuel juga menekankan bahwa selain penurunan suku bunga, daya tarik pasar saham akan meningkat jika emiten-emiten menunjukkan pertumbuhan laba yang lebih baik, sesuatu yang belum terlihat secara signifikan pada semester pertama. Dengan kondisi likuiditas yang lebih baik, penguatan rupiah, dan aktivitas ekonomi yang lebih positif, ada potensi pertumbuhan laba korporasi yang berangsur-angsur akan membaik.

Namun, tantangan lain yang dihadapi pada semester pertama adalah aksi jual dari investor asing. Data menunjukkan bahwa pada bulan April dan Mei 2024, investor asing membukukan net outflow yang cukup besar. Samuel menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena ketidakpastian terkait arah kebijakan The Fed, meskipun data ekonomi AS pada saat itu menunjukkan kekuatan yang cukup signifikan.

Di tengah tantangan ini, para investor diharapkan tetap berhati-hati dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan investasi. Semester kedua tahun 2024 menjadi harapan baru untuk kinerja pasar saham yang lebih baik, dengan penurunan suku bunga yang diharapkan menjadi pemicu utama. Namun, tetap ada tantangan dan ketidakpastian yang perlu diantisipasi dalam perjalanan menuju stabilitas pasar yang lebih baik.

 

Oleh: AEI 1
16 Agustus 2024

52 Menit Membaca

Topik Terkait

Tantangan dan Harapan Pasar Saham Indonesia di Semester Pertama 2024

 
Jika Anda ingin tahu lebih banyak, mari konsultasikan dengan Tim Kami