IHSG Tertekan, Kekhawatiran Ekonomi Global Mengintai

Jakarta – Hari Senin ini menjadi salah satu hari terburuk bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Pada perdagangan sesi II, IHSG jatuh hingga 4,07%, mengakhiri sesi pada posisi 7.010,92. Penurunan ini terjadi setelah beberapa hari sebelumnya IHSG berada di kisaran 7.200-7.300. Sentimen negatif di pasar global tampaknya mengoyak kepercayaan investor, meskipun perekonomian domestik menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik.

Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2024 yang mencatat pertumbuhan 5,05% secara tahunan (year-on-year/yoy). Meskipun lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang mencapai 5,11%, angka ini tetap menunjukkan pertumbuhan yang sehat. Secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), PDB meningkat 3,79%, mengindikasikan pemulihan yang signifikan dari kuartal sebelumnya yang tumbuh negatif 0,83%.

"Konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, dengan kontribusi 54,53% terhadap PDB," ujar Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, pada konferensi pers hari ini. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93%, didorong oleh kuatnya permintaan dan daya beli masyarakat, serta periode liburan hari raya seperti Lebaran dan Idul Adha yang meningkatkan mobilitas masyarakat.

Namun, sentimen positif dari dalam negeri ini tidak cukup untuk menahan arus kekhawatiran yang datang dari luar negeri. Potensi resesi di Amerika Serikat dan dampak dari kenaikan suku bunga acuan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) turut menekan IHSG.

Di Amerika Serikat, data pasar tenaga kerja yang melambat dan beberapa indikator ekonomi yang mengecewakan memicu kekhawatiran akan resesi. Klaim pengangguran naik signifikan ke 249.000, jauh di atas proyeksi 236.000 klaim. Selain itu, data non-farm payrolls (NFP) hanya mencatat penambahan 114.000 pekerjaan, jauh dari estimasi pasar sebesar 175.000 pekerjaan. Tingkat pengangguran pun naik menjadi 4,3% pada Juli 2024, dari sebelumnya 4,1% pada Juni 2024. Kondisi ini menambah kekhawatiran pelaku pasar akan potensi resesi dan hard landing ekonomi AS.

Sementara itu, dari Jepang, keputusan BoJ untuk menaikkan suku bunga berdampak besar pada pasar saham. Indeks Nikkei 225 anjlok hingga 12,4% dalam satu hari, penurunan terburuk sejak 2016. Kenaikan suku bunga ini memicu kekhawatiran akan dampak negatif terhadap perusahaan-perusahaan Jepang dan menguatnya yen yang dapat menggerus daya saing ekspor Jepang.

Dengan tekanan dari faktor eksternal ini, IHSG tampaknya harus berjuang lebih keras untuk pulih. Para investor kini memantau dengan cermat langkah-langkah kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah dan otoritas moneter, baik di dalam maupun luar negeri, dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang kian kompleks.

Sementara itu, pelaku pasar di Indonesia berharap bahwa fundamental ekonomi yang kuat, terutama dari sektor konsumsi rumah tangga, dapat memberikan bantalan terhadap tekanan eksternal. Harapannya, dengan daya beli masyarakat yang tetap kuat, IHSG bisa kembali bangkit dan menemukan pijakan yang lebih stabil di masa mendatang.

Oleh: AEI 1
06 Agustus 2024

0 Menit Membaca

Topik Terkait

Dampak Kekhawatiran Ekonomi Global pada Penurunan IHSG

Jika Anda ingin tahu lebih banyak, mari konsultasikan dengan Tim Kami